Saturday, August 11, 2007

“ B e r g u r u “

Berguru, sebuah fenomena yang terpuji dan patut di ingat maknanya demi untuk membimbing murid dalam mencari ilmu kejalan yang benar dan lurus.
Syeikh Abdul Karim Al Qusyairy berkata dalam kitabnya Al-Qusyairiyah, " Kemudian wajib bagi seorang murid untuk beradab kepada gurunya. Jika tidak memiliki guru, maka imamnya adalah setan." Teks ini ditulisnya tahun 387 H. Hal ini menjadi bukti bagi kita bahwa memilih guru merupakan permasalahan yang penting.

Pencarian guru ini ditafsirkan sebagai hal yang memiliki sandaran dari Al-Quran dan Sunnah Rasulallah. Karena Rasulallah saw. mengajarkan sahabatnya, dan sahabat beliau mengajarkan kepada tabi'in dan tabi'in mengajarkan kepada tabi' tabi'in dan seterusnya. Sesuai dengan sabda Nabi saw., "Sesungguhnya ulama (guru-guru) adalah pewaris Anbiya (para Nabi-Nabi)."

Argumentasi ini sangat memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan guru-guru atau ulama disini adalah mereka yang bisa dipahami dan diketahui secara lahiriyah dari sifat-sifat mereka, adab-adab mereka dan syarat-syarat yang harus dijaga dan dipelihara betul-betul sesuai dengan ajaran Rasulallah. Hal yang perlu diketahui pula disini bahwa siapa yang tidak mencari guru dalam berilmu, berarti tidak akan berhasil selamanya . Imam Syafi’i telah menasihati kita dalam syairnya yang merupakan sebagai pedoman untuk mencari ilmu dan berguru, Saudaraku, tidak kamu dapatkan ilmu kecuali dengan enam (syarat) : kecerdikan, keinginan, semangat, biaya, berguru, dan panjang zaman (waktu)

Seandainya seorang Muslim mendengar ajaran dari berpuluh-puluh guru, maka ia akan lebih bijaksana dan lebih mengetahui . Demikanlah ulama salaf belajar hadits nabawi dari para pakarnya, belajar fiqih dari para pakarnya, belajar kaidah bahasa Arab dari para ahlinya dan tafsir dari para ahlinya.
Dalam tarekat ahli salaf, kita tidak harus berpaling kepada satu guru, atau tidak hanya mempelajari ilmu dari satu syekh secara mutlak. Maka ajaran dari berpuluh-puluh guru akan lebih afdhol dan lebih bijaksana dari pada belajar hanya dari satu guru. Contohnya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, tidak pelit dalam berguru.

Argumentasi kaum salaf saleh lebih jelas dari argumen siapapun. Aqidah dari mazhab mereka lebih kuat dari akidah siapapun. Umat Islam tidak terlepas dari wacana-wacana hadits dan logika. Sementara itu, guru-guru dan ulama ahli salaf berkedudukan di atas seluruh wacana itu.

Disini kita dapat lihat Syeikh Abdul Karim Al-Qusyairy membagi ulama menjadi tiga bagian.
· Pertama, ulama riwayat dan atsar. Mereka adalah penghapal Al-Quran dan hadits nabawi serta sirah dan amalan-amalan sahabat Nabi.
· Kedua, apa yang dinamakan ulama logika. Maksudnya adalah para filfasat atau ulama kalam dan semisalnya.
· Dan yang ketiga, ulama tasawuf.
Al-Qusyairy telah memuji guru-guru dan ulama yang tersebut diatas dan mengatakan bahwa argumentasi mereka lebih jelas dan kaidah mereka lebih kuat karna mereka (para ulama) telah sampai kepada titik di saat manusia lain baru menapaki tataran argument-tasi.

Keadaan mereka ini seperti yang dikatakan syair :
Malamku karena wajah-Mu adalah sebuah saat terbit Dan gelapnya malam berjalan di tengah manusia Di saat manusia di pintu kegelapan Kami di benderangnya siang

Terakhir : "Maka tanyalah para ulama (guru-guru) jika kamu tidak mengetahui." (Al-Quran)

0 komentar: